KetuaLKAAM Pariaman yang juga Walikota Pariaman Genius Umar sedang malewakan gala sangsako kepada Danlantamal II Padang yang ditandai dengan pemasangan tingkuluak ke kepala Laksama TNI Hargianto. (Foto : Kominfo Pariaman) PARIAMAN - Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut II Padang Laksamana Pertama TNI Hargianto, SE,MM,MSi (han) mendapat anugerah Gelar Sangsako Sutan Lauik Sati Nan Batuah Gelar Pahlawan Nasional adalah penghargaan tertinggi tingkatannya di Indonesia, yang diberikan oleh Pemerintah sebagai penghargaan atas tindakan yang dianggap mengandung nilai – nilai kepahlawanan. Gelar ini berupa gelar anumerta yang diberikan setelah seorang tokoh perjuangan meninggal dunia. Perbuatan heroik tersebut didefinisikan sebagai perbuatan nyata yang bisa dikenang serta diteladani selama sepanjang masa bagi masyarakat lainnya, atau tindakan dari seseorang yang berjasa luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara. Seorang pejuang harus memenuhi beberapa kriteria untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Beberapa orang pahlawan nasional dari Sumatera Barat antara lain1. Abdul HalimAbdul Halim dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 27 Desember 1911, orang tuanya berasal dari Banuhampu, Agam. Mereka bernama Achmad Sutan Iyus dan Darama. Abdul Halim adalah Perdana Menteri Indonesia pada zaman Republik Indonesia Serikat. Beliau dapat menempuh pendidikan sampai Geneeskundige Hooge School atau Sekolah Kedokteran Fakultas Kedokteran UI berkat bantuan sepupu ibunya yang bekerja di Bataafsche Petroleum Maatschappij Pertamina. Sebelum menjadi Perdana Menteri, Abdul Halim juga pernah menjabat sebagai Menteri Haji Abdul Malik Karim Amrullah HAMKABuya Hamka merupakan seorang ulama, sastrawan dan politikus yang berasal dari Sumatera Barat, dilahirkan di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat 17 Februari 1908. Buya Hamka meninggal ada 24 Juli 1981 di Jakarta pada usia 73 tahun. Beliau adalah ulama yang sangat dihormati yang pernah memimpin Majelis Ulama Indonesia dan Muhammadiyah. Beliau juga seorang sastrawan yang banyak menghasilkan karya – karya besar yang masih dibaca hingga saat ini, diantaranya buku berjudul Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Abdul MuisTokoh kelahiran Sungai Puar, Agam, Sumbar pada 3 Juli 1883 ini adalah pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang merupakan Datuk Tumangguang Sutan Sulaiman. Beliau adalah seorang Demang yang selalu memberi perlawanan pada kebijakan Belanda di daerah Agam pada zamannya. Abdul Muis bergabung dengan Sarekat Islam, mendorong tokoh – tokoh Belanda untuk mendirikan Technische Hooge School, memperjuangkan kemerdekaan Indonesia hingga meninggal di Bandung pada 17 Juni 1959 di usia 75 Adnan Kapau GaniDikenal juga dengan nama A. K. Gani, beliau adalah pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang pernah menjabat sebagai wakil Perdana Menteri, Menteri Kemakmuran, Menteri Perdagangan, dan Menteri Pertanian. AK Gani dilahirkan di Palembayan, Agam, Sumbar pada 16 September 1905 dan meninggal di Palembang, Sumsel pada 23 Desember 1968 di usia 63 Agus SalimAgus Salim dikenal juga dengan nama Mashudul Haq yang artinya pembela kebenaran. Lahir di kota Gadang, Agam pada tanggal 8 Oktober 1884 dari Soetan Mohamad Salim dan Siti Zainab. Di masa perjuangan kemerdekaan beliau aktif di dunia jurnalistik, pernah memimpin Sarekat Islam dan menjabat sebagai Menteri Luar Negeri sebanyak beberapa Bagindo Aziz ChanBeliau adalah walikota kedua Padang setelah kemerdekaan, menggantikan Mr. Abubakar Jaar. Lahir di Padang pada 30 September 1910, beliau meninggal di usia 36 tahun. Ada dua monumen di kota Padang untuk mengenang jasa – jasanya, yaitu Simpang Tinju di persimpangan jalan Gajah Mada dan jalan Jhoni Anwar. Kemudian monumen kedua ada di dalam komplek Museum HazairinTokoh pahlawan nasional dari Sumatera Barat ini lahir di Bukittinggi pada 28 Novembe 1906 dari pasangan ZAkaria Bahri yang berasal dari Bengkulu dan Aminah dari Minangkabau. Beliau adalah seorang ahli hukum adat yang pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri di Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Selain itu beliau juga pernah menjabat sebagai Residen Bengkulu merangkap Wakil Gubernur Militer Sumsel, hingga mengeluarkan uang kertas yang dikenal dengan sebutan Uang Kertas Hazairin’.8. Ilyas YakoubLahir di Asam Kumbang, Bayang, Pesisir Selatan pada 14 Juni 1903, Ilyas Yakoub adalah seorang ulama lulusan Mesir yang pernah memimpin mahasiswa Malaysia-Indonesia di Mesir. Ia pernah mendirikan partai Persatuan Muslim Indonesia PERMI yang berbasis pada lembaga – lembaga pendidikan Islam Indonesia pada 1932. Meninggal pada 3 Agustus 1958 di Koto Barapak, Pesisir Selatan, Sumbar di usia 55 Tuanku Imam BonjolTokoh yang sangat terkenal ini nama aslinya adalah Muhammad Shahab yang lahir pada Bonjol, Pasaman pada tahun 1772, meningggal di Lotak, Pineleng, Minahasa pada 6 November 1864. Beliau memimpin Perang Padri 1803-1838 hingga ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke berbagai tempat pengasingan di Mohammad HattaTokoh proklamasi kita ini lahir di Fort de Kock Bukittinggi pada 12 Agustus 1902 dari Muhammad Djamil dan Siti Saleha. Mohammad Hatta juga seorang ekonom dan dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Beliau sangat senang membaca dan selalu membawa buku – bukunya walaupun sedang dalam Mohammad NatsirLahir di Lembah Gumanti, Kab. Solok pada 17 Juli 1908, Mohammad Natsir adalah seorang ulama, politisi dan juga seorang pejuang kemerdekaan. Beliau mendirikan partai Islam Masyumi dan juga dikenal di dunia internasional sebagai Presiden Liga Muslim Sedunia World Muslim Congress dan juga menjadi Ketua Dewan Masjid Mohammad YaminMohammad Yamin adalah pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang lahir di Talawi, Sawahlunto dari orang tua bernama Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah pada 23 Agustus 1903. Beliau seorang sastrawan, sejarawan, politikus, budayawan dan juga ahli hukum. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern indonesia dan juga merupakan pelopor Sumpah Pemuda, mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia Gerindo bersama Adenn Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin, pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Indonesia, Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, juga Menteri Rasuna SaidBeliau adalah pejuang kemerdekaan Indonesia yang lahir di Maninjau pada 14 September 1910 yang banyak memperjuangkan hak – hak wanita. Rasuna Said melanjutkan pendidikan di pesantren Ar-Rasyidiyah sebagai satu – satunya santri perempuan, lalu melanjutkan ke Diniyah Putri Padang Panjang. Ia fokus memperjuangkan hak wanita dalam pendidikan dan politik melalui surat kabar yang dipimpinnya sehingga Belanda harus mempersempit ruang gerak Rasuna Sutan SjahrirLahir di Padang Panjang pada 5 Maret 1909 dan meninggal di Zurich, Swiss pada 9 April 1966 di usia 57 tahun, Sutan Syahrir adalah perdana menteri pertama di Indonesia. Sutan Sjahrir juga saudara seayah dari Rohana Kudus, seorang aktivis dan wartawan wanita dari Koto Gadang, Tan MalakaBeliau adalah aktivis kemerdekaan Indonesia dan pemimpin Partai Komunis Indonesia, pendiri Partai Murba yang lahir pada 2 Juni 1897 di Nagari Pandam Gadang, Siliki, Sumatera Barat. Penobatan gelar pahlawan nasional diberikan pada 28 Maret 1963 bagi pria yang bernama lengkap Ibrahim Datuk Tan Malaka. Ayahnya seorang karyawan pertanian bernama HM. Rasad dan ibunya bernama Rangkayo Tuanku TambusaiTuanku Tambusai dikenal dengan nama kecilnya yaitu Muhammad Saleh, anak dari perantau Minang yang lahir di Dalu – dalu, Nagari Tambusai, Rokan Hulu, Riau. Ayahnya bernama Tuanku Imam Maulana Kali berasal dari Rambah, seorang guru agama Islam dan ibunya bernama Munah dari nagari Tambusai. Perlawanan sengitnya terhadap Belanda membuatnya digelari Harimau Paderi dari Rokan. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun Muhammad Isa AnshariBeliau adalah seorang ulama yang sangat ahli dalam berpidato sehingga dijuluki sebagai Singa Podium yang mengaum bagaikan napoleon Masyumi. Ia lahir di Maninjau Sumbar pada 1 Juli 1916, sudah aktif di dunia politik sejak usianya masih sangat muda tepatnya di usia 10 tahun menjadi kader PSII Maninjau, dan usia 13 tahun aktif sebagai mubaligh Rohana KudusSalah satu pejuang wanita asal Sumbar ini lahir di Nagari Koto Gadang, Agam pada 20 Desember 1884 dari ayah bernama Mohamad Rasjad Maharadja Soetan dan ibu bernama Kiam. Ia adalah jurnalis perempuan yang tidak mengecap pendidikan formal, melainkan belajar bersama ayahnya. Rohana mendirikan sekolah Keterampilan Khusus Perempuan pada tanggal 11 Februari 1911, memimpin koran Perempuan Bergerak’, juga menjadi redaktur koran Radio’ dan Cahaya’, ia juga giat dalam memperjuangkan hak – hak perempuan. Sayangnya gelar Pahlawan Nasional belum disematkan kepadanya hingga saat sekian banyak nama pahlawan nasional dari Sumatera Barat ini, yang belum masuk ke dalam daftar resmi adalah Rohana Kudus dan Muhammad Isa Anshari yang informasinya masih simpang siur apakah sudah terdaftar sebagai pahlawan nasional atau belum. Walaupun demikian, perjuangan mereka sama sekali tidak bisa dianggap kecil dalam mengantarkan Indonesia menjadi negara yang merdeka dan bebas dari belenggu penjajahan asing. KBRNBukittinggi: Ratusan siswa dan siswi SMK Kesehatan Genus Sumbar laksanakan serbuan vaksin bertempat di kampus SMK Kesehatan Genus Sumbar Bandara Lama Tabing Padang, Selasa (28/9/2021). Serbuan vaksin ini merupakan program pemerintah dengam tujuan bisa menekan laju penyebaran virus covid-19. Serbuan Foto milik pribadi Tan MalakaTan Malaka, merupakan seorang pahlawan yang terlupakan. Namanya sulit sekali ditemukan dalam buku pelajaran, saat bersekolah. Pemikirannya terhadap kemerdekaan dan ketidakadilan kolonialisme haruslah diacungi jempol. Pemikiran-pemikirannya menjadikan Tan Malaka sebagai buronan Belanda dan menghabiskan separuh hidupnya dengan bersembunyi serta menggunakan nama samaran agar tidak dan Perjuangan Tan MalakaTan Malaka memiliki nama asli Sutan Ibrahim dengan gelar Datuk Sutan Malaka yang lahir pada tanggal 2 Juni 1897 di Suliki, Sumatra barat. Merupakan seseorang yang berasal dari keluarga bangsawan, di mana Tan diberi keleluasaan untuk sekolah di Kweekschool Sekolah Guru, Bukittinggi. Kemudian Tan melanjutkan sekolahnya di negeri Belanda yaitu Rijskweekschool, hal tersebut didukung karena kecerdasan yang dimiliki oleh Tan malaka dan adanya bantuan dana yang diberikan oleh orang-orang yang berada di kampung halamannya serta GH Horensma guru yang membantu dan melihat potensi dimiliki Tan menyelesaikan studinya di Belanda, Tan kembali ke Indonesia dan menjadi pengajar. Namun, kemudian Tan memilih untuk merantau ke Semarang dan bergabung dengan serikat Islam cabang Semarang. Tan Malaka menjalani hidupnya secara nomad dari satu negara ke negara lainnya, salah satunya ialah Rusia yang menguat menjadi Uni Soviet. Di sana Tan menjadi anggota dari Comintern yaitu Komunis Internasional. Setelah perang dunia II, tan menggunakan berbagai macam nama penyamaran, seperti Ilyas Husein, Ossorio, Ong Soong Lee, Alisio Rivera, dan Hasan akhir masa pendudukan Jepang di wilayah Indonesia, Tan menyamar sebagai seorang mandor di daerah Banten yang kemudian menghabiskan waktunya untuk menulis sebuah buku yang berjudul MadilogPada zaman revolusi, Tan dianggap sebagai otak dari adanya peristiwa 3 Juli 1946. Tan Malaka menentang hasil perundingan antara Republik Indonesia dengan Belanda, Tan menuntut kemerdekaan 100 persen dari para penjajah. Tan menulis sebuah buku yang berjudul Gerpolek, di dalam buku tersebut terdapat konsep-konsep perlawanan menurut Tan Malaka yang dapat dilakukan untuk melawan Imperialisme. Gerpolek ditulis ketika meringkuk di dalam penjara tanpa adanya dukungan informasi kepustakaan apa perjuangan tan Malaka memiliki empat pesan perjuangan, yaituPerjuangan seorang praksis, yang di mana pemikirannya terdapat dalam Madilog yang mencari solusi dalam lingkungan atau wilayah bangsanya budaya Minangkabau yang tercermin dalam cara berpikir dialektis yang berproses sesuai dengan tempat dan Tan MalakaTan Malaka ingin berupaya mewujudkan pendidikan yang mendahulukan kearifan lokal, agar masyarakat dapat memperoleh bekal untuk kehidupannya kelak. Pendidikan praksis Tan Malaka diwujudkannya di sekolah Sarekat Islam SIPemikiran pembangunan bangsa melalui pendidikan sudah dipikirkan dan dilaksanakan oleh Tan dalam tujuan programnya. pendidikan yang harus dibangun, yakniWajib belajar bagi seluruh penduduk Indonesia secara cuma-cuma sampai umur 17 tahun dengan bahasa Indonesia sebagai pengantar dan bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang sistem pelajaran sekarang serta menyusun sistem yang langsung berdasarkan atas kepentingan-kepentingan negara Indonesia yang sudah ada dan akan serta memperbanyak jumlah sekolah kejuruan, pertanian, perdagangan, dsb. Memperbanyak dan memperbaiki sekola bagi para pegawai tinggi di lapangan teknik dan yang dimiliki oleh Tan malaka, dipengaruhi oleh berbagai hal. Salah satu paham yang menempel dalam diri Tan ialah Marxisme, yaitu sebuah paham yang mengikuti pemikiran Karl Marx yakni Materialisme, Dialektika, dan Historis. Namun, karena adanya perbedaan kondisi sosial dan geografi antara Indonesia dan eropa Tan memikirkan nasib bangsanya yang masih terjajah oleh kolonialisme. Tan, menuangkan pemikiran-pemikirannya di dalam buku yang berjudul Madilog. Pandangannya terhadap materialisme ialah cara berpikir yang tepat berdasarkan materi yang terwujud dalam berbagai bentuk. Kemudian, pemikiran mengenai Dialektika adalah pertentangan, pergerakan yang menuju perkembangan cara berpikir. Logika ialah ilmu berpikir yang perlu pertimbangan. Penjelasan tentang cara pikir sebagai pemikiran dalam memahami berbagai permasalahan politik yang ada pada masa itu dalam induksi, deduksi, dan verifikasi, sebagai pekerjaan sumbu logika. Sehingga materialisme adalah metode awalnya, dialektika adalah kritisme dari materialisme dan penutupnya ialah bukunya yang berjudul dari penjara ke penjara, Tan menjelaskan Syarat untuk menjadi suatu negara merdeka harus jelas. Ilmu kenegaraan yang resmi mendefinisikan negara merdeka hanya menggunakan tiga syarat saja, yaitu tentang daerah penduduk dan juga pemerintah. Tan merasa perlunya ada koreksi dan juga tambahan karena negara modern tidak dapat hidup dengan aman apabila hanya mengandalkan tiga syarat itu saja. Sekurang-kurangnya haruslah ada tiga syarat lagi, yakni perindustrian, bahan logam mentah dan letak yang Tan Malaka inilah yang membuatnya memiliki julukan sebagai Bapak Republik Indonesia karena beliau merupakan orang pertama yang menulis konsep mengenai Republik Indonesia. Julukan tersebut diberikan oleh Muhammad yamin. Bahkan, Soekarno sendiri mengaggumi pemikiran politik yang dimiliki oleh Tan seseorang yang juga berperan dalam kemerdekaan Indonesia, sepatutnya para pelajar mulai mengenal sosok Tan Malaka. Pemikiran dan perjuangan sangat cemerlang. Kita dapat mengenal sosoknya melalui beberapa karyanya, seperti buku Madilog, gerpolek, Aksi Massa, tanggal 21 Februari 1949 Tan Malaka terbunuh oleh pasukan dari batalion Sikatan, Divisi Brawijaya di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur. Perintah untuk membunuh Tan Malaka diberikan oleh Letda. Soekotjo, yang dianggap sebagai "orang kanan sekali yang beropini Tan Malaka harus dihabisi" oleh seorang sejarawan yang bernama Harry Poeze. Setelah terjadi pembunuhan terhadap TanMalaka, Hatta memberhentikan Sungkono sebagai Panglima Divisi Jawa Timur serta Surachmat yang menjadi Komandan Brigade karena kesembronoannya dalam mengatasi kelompok Tan jasad Tan dikubur masih menjadi misteri, namun menurut Poeze yang merupakan seorang peneliti sejarah hidup Tan Malaka meyakini bahwa jasad Tan tidak dibuang ke sungai Brantas, sebagaimna dituliskan oleh sejarah, tetapi dikuburkan di halaman markas militer di dekat peristiwa penembakan akhir hidup dari Tan Malaka, seorang pahlawan yang harus mati di tangan militer dari bangsanya sendiri, bangsa yang selama ini ia bela puluhan tahun. padahal, pada saat itu Tan sedang menjadi pemimpin barisan dari gerakan gerilyawan melawan para penjajag demi mencapai kemerdekaan yang 100% bagi bangsanya. Boleh jadi, sejarah memang telah menghendakinya untuk mati sebagai tumbal dari Masykur Arif. 2018. Tan Malaka Sebuah Biografi Lengkap. Yogyakarta Laksana. LanudSutan Sjahrir Gelar Karya Bakti Pengecatan Ulang Monumen Pesawat RI-003 - Berita - TNI Angkatan Udara. Sekilas sejarah pesawat Avro Anson RI-003 ini dibeli dari hasil sumbangan kaum ibu (amai-amai) di Bukittinggi pada saat itu. Kaum ibu ini tergerak meyumbangkan emas yang dikenakannya atas ajakan Bung Hatta pada Bulan September 1947 “ Wassalam Ujang Sutan Rajo Angek. Jl. Sari Kelana No. 1 Jakarta Tenggara, 09921 " Demikianlah si Ujang, bergelar Sutan Rajo Angek mencantumkan signaturenya pada tiap emailnya. Setelah menikah, si Ujang dengan bangganya memperkenalkan dirinya dengan namanya yang baru. Ujang Sutan Rajo Angek. Ada tambahan gelar “Sutan” di belakang namanya, Sutan Rajo Angek. Temannya yang penasaran bertanya “Hei Ujang, namamu sudah berganti ya, tambah panjang saja namamu, tidak puas dengan namamu yang cuma satu kata itu ?”. “Ah gelar ini tidak masuk KTP kok, cuma gelar panggilanku saja dan tanda aku sudah menikah “, ujar si Ujang. Gelar Sutan ini apa sih ? Si Ujang benar adanya. Semenjak menikah, namanya Ujang tidak berubah di KTP nya, tetapi cuma ditambahi gelar Sutan Rajo Angek dalam penyebutan namanya. Ini adalah kebiasaan/budaya Minangkabau yang memberikan gelar kehormatan kepada pemuda yang sudah menikah. Umumnya, pemberian gelar ini dilakukan untuk pemuda Minang yang sudah menikah atau pemuda dari suku lain yang menikah dengan perempuan Minang. Gelar ini bukanlah gelar kebangsawanan seperti gelar pangeran di Jawa ataupun Sunda. Gelar ini semata-mata adalah gelar kehormatan biasa. Gelar ini mengisyaratkan penghargaan terhadap suami/pemuda yang telah menikah tersebut. Gelar ini biasanya dimulai dengan kata Sutan, Katik, Malin, Pakiah, Marah, Bagindo, Sidi, dll. Tidak peduli apakah dia adalah anak pengusaha kaya, keturunan kyai ataupun anak orang miskin ataupun orang biasa-biasa saja, dia akan mendapatkan gelar tersebut. Gelar ini adalah panggilan kehormatan baginya, yang mengisyaratkan bahwa ia dihormati dan dianggap telah dewasa terutama setelah ia menikah. Setelah menikah ia akan dipanggil dengan gelar kehormatannya itu di hadapan banyak orang. Dengan gelar itu berarti dia dianggap penting di keluarga dan di masyarakatnya, sudah pantas dan bisa dibawa berunding dan dimintakan pendapatnya ketika ada persoalan yang menyangkut keluarga dan masyarakatnya. Secara umum dan berdasarkan pengalaman penulis, gelar ini didapat dengan prinsip matrilineal, atau menuruti garis ibu. Yang artinya, gelar itu diambilkan dari gelar kaum laki laki dari pihak ibunya. Dalam hal ini bisa berasal dari gelar paman, kakek, atau sepupu laki-laki dari pihak keluarga ibunya. Ataupun gelar ini bisa berasal dari gelar yang spesifik dipunyai oleh suku/kaum ibunya. Apa gelar ini selalu dari pihak Ibu ? Tidak semua gelar ini berasal dari pihak keluarga ibu. Di daerah Padang dan Pariaman, gelar ini diambil dari gelar bapaknya bukan dari gelar suku ibunya, seperti gelar Sidi atau Bagindo. Ada juga gelar yang didapat dengan mengkombinasikan gelar dari pihak ibunya dan gelar dari pihak bapaknya. Sampai sekarang penulis juga tidak tahu aturan baku untuk pemakaian gelar seperti ini, apakah menurutkan garis ibu atau garis bapak. Sepertinya tergantung sekali dengan adat di nagari tersebut dan kesepakatan keluarga/kaum dari pihak mempelai laki-laki. Sepertinya inilah yang disebut “Adat Selingkar Nagari, Pusaka Selingkar Kaum”. Tiap nagari atau daerah di Minangkabau mempunyai adat yang bisa saja berlainan untuk kasus ini. Bahkan dari bacaan penulis, gelar ini juga bisa didapatkan semenjak kecil, jadi bukan dikarenakan sebab pernikahan. Bukan hanya laki-laki Minangkabau yang mendapatkan gelar ini. Laki-laki yang menikahi wanita Minangkabau pun mendapatkan gelar ini. Ini juga merupakan penghormatan terhadap orang bersuku selain Minang yang menikahi perempuan Minang. Dalam budaya Minangkabau, ada istilah “Ketek banamo, Gadang Bagala”, yang artinya “Kecil punya nama, kalau sudah Dewasa punya Gelar”. Artinya kalau seseorang sudah menikah, maka ia akan dipanggil dengan Gelarnya di depan umum. Misalnya seseorang bergelar Sutan Bagindo, maka ketika dia berkumpul di keluarga istrinya, dia akan dipanggil “Sutan” atau “Bagindo” atau “Sutan Bagindo”. Begitu juga kalau dia bertemu dengan orang kampung tempat istrinya berada, dia lebih dikenal dengan gelarnya daripada namanya.
KBRN Bukittinggi: Tingginya animo masyarakat, Lanud Sutan Sjahrir kembali gelar serbuan vasinasi bertempat gedung Auditorium Universitas Negeri Padang (UNP), Sabtu (21/8/2021). Tampak ratusan warga berbondong-bondong untuk di vaksin, ini membuktikan bahwa tingkat kesadaran warga untuk di vaksin sudah mulai bangkit. Menurut

TEMPOCO, Jakarta - Sutan Takdir Alisjahbana kerap pula ditulis dengan inisial STA, merupakan budayawan, sastrawan, ahli tata bahasa Indonesia, sekaligus salah satu pendiri Universitas Nasional Jakarta. Lahir 11 Februari 1908 di Mandailing Natal, Sumatera Utara, STA tutup usia pada 31 Juli 1993, di umur 85 tahun. Sosok STA mengawali pendidikan di bangku Sekolah Dasar HIS Bengkulu.

UjangSutan Rajo Angek. Jl. Sari Kelana No. 1 Jakarta Tenggara, 090921 " Demikianlah si Ujang, bergelar Sutan Rajo Angek mencantumkan signaturenya pada tiap emailnya. Setelah menikah, si Ujang dengan bangganya memperkenalkan dirinya dengan namanya yang baru. Ujang Sutan Rajo Angek. Ada tambahan gelar "Sutan" di belakang namanya, Sutan Rajo Angek.
KBRN Bukittinggi: Komandan Lanud Kolonel Pnb M.R.YFahlefie, S.sos., psc, beserta Ketua PIA Ardhya Garini Cabang 14/D I Lanud Sutan Sjahrir Ny. Fifi M.R.Y Fahlefie, melaksanakan shalat Idul Fitri 1443 Hijriyah bersama keluarga besar Lanud Sut dan masyarakat sekitar yang di gelar BermawiSutan Rajo Ameh: 1945: 1945: 2. Iskandar Teja Kusuma: 1945: 1945: 3. Djamin Datuk Bagindo. Djamin Datuk Bagindo (lahir 31 Januari 1906 - meninggal di Bukittinggi, 1 Maret 1995 pada umur 89 tahun). 1945: 1947: 4. S.H. gelar Datuk Nan Basa (lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat, 10 Agustus 1964). Wakil: H. Irwandi, S.H. (lahir di Kota Ecewn.
  • 5le0wh09x2.pages.dev/480
  • 5le0wh09x2.pages.dev/226
  • 5le0wh09x2.pages.dev/479
  • 5le0wh09x2.pages.dev/57
  • 5le0wh09x2.pages.dev/157
  • 5le0wh09x2.pages.dev/240
  • 5le0wh09x2.pages.dev/237
  • 5le0wh09x2.pages.dev/393
  • gelar sutan di bukittinggi